Baik karena faktor usia dan posisi sebagai orang yang lebih berpengalaman, sering kali orang tua berlaku selalu merasa benar kepada anak. Ini kadang membuat Anda sebagai anak kesal. Berikut cara menghadapi orang tua yang selalu merasa benar.
Bukan hal sepele mencapai kata kompromi antara dua orang yang rentang usianya bisa berbeda dua hingga tiga dekade. Katakanlah dalam konteks anak ketika menghadapi orang tua yang selalu merasa benar. Memaksakan pendapat dengan cara yang salah bisa dianggap tidak menghormati orang tua, namun terkadang perlu membuat orang tua tahu mana yang benar dan salah.
Kerap kali jika komunikasinya buntu, menghadapi orang tua yang selalu merasa benar hanya akan berakhir dengan pertengkaran. Padahal, perdebatan dengan bumbu emosi hanya akan membuat masing-masing pihak semakin mempertahankan pendapatnya dan mengabaikan masukan orang lain.
Namun bagaimanapun, menghadapi orang tua yang selalu merasa benar adalah hal yang pasti terjadi. Terlepas dari bagaimana sifat dan pola pengasuhan orang tua, akan ada saja friksi atau gesekan tentang beragam hal. Lantas, bagaimana cara menghadapi orang tua yang selalu merasa benar?
1. Komunikasikan dengan terbuka
Banyak dari kita bukan cenayang yang bisa membaca pikiran orang lain. Sampaikan apa yang ada di pikiran Anda kepada orang lain. Ini berlaku pada siapapun, bukan hanya ketika berkomunikasi dengan orang tua. Gunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti. Bila perlu, tambahkan analogi-analogi sehingga membuat pemahamannya kian mudah dicerna. Ketika orang tua tetap merasa benar, jaga agar komunikasi tetap berjalan dengan kepala dingin, bukan emosi.
2. Pahami alasan mereka merasa benar
Bagaimanapun, orang tua telah hidup lebih dulu dibanding anak-anaknya. Mereka telah mengenyam pahit manis kehidupan jauh sebelum memiliki keturunan. Artinya, pasti ada alasan mengapa orang tua selalu merasa benar. Sebelum mulai berdebat tentang perbedaan pendapat, pahami mengapa orang tua merasa selalu benar. Pahami apa motivasi yang membuat mereka bersikukuh setuju pada suatu prinsip. Kemudian, sampaikan bahwa Anda memahami itu di awal pembicaraan. Contohnya lewat kalimat seperti, “Saya yakin Ayah/Ibu tahu betul betapa pentingnya masalah ini…” baru diikuti dengan argumen-argumen yang logis.
3. Gunakan intonasi yang tepat
Menggunakan intonasi atau nada suara tinggi ketika menghadapi orangt ua yang selalu merasa benar hanya akan membuat suasana runyam. Jangankan mencerna apa yang disampaikan, emosi masing-masing pihak justru mudah tersulut sehingga tidak akan sampai di titik temu. Alih-alih membentak atau menggunakan nada tinggi, sampaikan setiap kalimat dengan sopan. Tetap hargai posisi mereka sebagai orang tua yang wajib dihormati. Dengan menyampaikan pendapat secara sopan, dapat membuka hati orang tua untuk mengubah prinsip mereka.
4. Jangan tuding mereka keras kepala
Ketika berdebat tentang apapun, jangan pernah menuding mereka selalu keras kepala atau merasa benar. Ini bagaikan menyiram bensin ke kobaran api. Sebaliknya, sampaikan bahwa perbedaan pendapat ini muncul karena bentuk perhatian anak. Contohnya ketika orangtua menolak untuk pindah kamar ke lantai dasar dan memaksa tetap naik turun tangga, jangan langsung menuding mereka keras kepala. Sebaliknya, sampaikan bahwa anak-anak merasa khawatir terhadap keselamatan mereka. Saran agar mereka pindah kamar ke lantai dasar muncul sebagai bentuk kasih sayang anak-anak untuk orang tua.
5. Tak segan validasi emosi
Ketika menyampaikan pendapat kepada orang tua yang selalu merasa benar, jangan segan melakukan validasi emosi diri sendiri. Sampaikan bahwa anak-anak merasa sayang, peduli, khawatir, dan ingin melindungi orang tua sebaik-baiknya. Semakin banyak emosi yang tervalidasi, maka orang tua akan merasa diperhatikan. Minta tolong orang tua untuk membantu menghapus rasa khawatir anak-anak mereka dengan setuju terhadap hal yang tengah diperdebatkan. Bila perlu, tambahkan pula bahwa cucu-cucu mereka merasakan hal yang sama.
6. Turuti, namun tetap siaga
Jika beberapa cara menghadapi orang tua yang selalu merasa benar di atas tidak berhasil, turuti saja keinginan orang tua. Namun, tetap siaga ketika ada sesuatu yang terjadi di luar ekspektasi. Meskipun belum mencapai kata sepakat, sampaikan bahwa anak-anak siap menunggu hingga orang tua berubah pikiran. Jangan lupa tekankan pula bahwa komunikasi terkait perdebatan ini akan selalu terbuka lebar. Kapanpun ingin menyampaikan hal lain, katakan bahwa Anda siap datang atau menerima telpon dari mereka.
Ada alasan mengapa orang tua terkadang merasa selalu benar. Di usia mereka, ada banyak ketidakpastian hingga perasaan frustrasi yang mungkin hinggap dan membuatnya terkesan “keras kepala”. Belum lagi gengsi mengakui bahwa usia tak lagi memungkinkan mereka untuk mandiri. Pahami semua itu, jangan jadikan ini pemantik untuk bertengkar setiap saat. Jika anak-anak dapat menunjukkan kasih sayang dan kepedulian mereka, tidak menutup kemungkinan suatu saat orang tua akan menjadi lebih terbuka pikirannya.
Sharing is caring, kutipan dari : Hai! Coba cek link SehatQ ini https://www.sehatq.com/artikel/cara-tetap-sopan-saat-menghadapi-orangtua-yang-selalu-merasa-benar
